PERAN BIMBINGAN BELAJAR PADA PESERTA YANG KURANG SENANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III
skripsi Jurusan PGKSD: PERAN BIMBINGAN BELAJAR PADA PESERTA YANG KURANG SENANG PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS III
UUN HENDROWATI , 2006. , Skripsi Jurusan Jurusan PGKSD, FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN ,UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagai pelajaran yang ditakuti bagi sebagian anak didik dari tingkat Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Lanjutkan Tingkat Atas (SLTA). Sampai-sampai mendengar namanya saja anak didik sudah tidak suka. Apalagi mereka harus mengikuti pelajaran matematika di kelas, materi yang disampaikan guru mustahil dapat diterima dan dikuasai dengan baik oleh anak didik.
Kondisi semacam ini sudah berlangsung sejak dahulu sampai sekarang dan kita tidak bisa menyalahkan anak didik kita. Anak didik datang ke sekolah untuk menimba ilmu dari gurunya, tergantung bagaimana cara guru dalam menyampaikan pelajaran, membimbing dan memotivasi anak didik di sekolah.
Metode ataupun cara guru menyampaikan pelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam belajar. Kesalahan juga tidak bisa kita bebankan seluruhnya kepada guru, karena guru hanya menjalankan tugas sesuai dengan rencana pembelajaran yang dibuat sebelum proses pembelajaran dan rencana pembelajaran tersebut dibuat berdasarkan aturan ataupun mengacu pada kurikulum pendidikan yang dibuat oleh pemerintah.
Tugas kita sekarang sebagai guru atupun sebagai orang dewasa adalah membimbing, memotivasi dan yang lebih penting lagi adalah pembelajaran mata pelajaran matematika dengan metode yang tepat, yaitu metode yang viiisesuai dengan tingkat pertumbuhan serta perkembangan anak didik sedini mungkin. Dengan metode yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan, diharapkan mata pelajaran matematika menjadi mata pelajaran yang disukai oleh peserta didik di sekolah. Untuk menanamkan citra mata pelajaran matematika agar menajdi mata pelajaran yang enak dan menyenangkan pada anak sedini mungkin, kita dapat menggunakan metode realitas.
Penerapan metode relitas ini sangat cocok apabila kita terapkan pada Sekolah Dasar (SD) kelas awal. Kelas awal merupakan masa transisi dari Sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) ke SD dan masih masuk katagori anak usia dini, karena kirasan umurnya antara 7 dan 8 tahun yang masih senang-senangnya suka bermain apabila kita ajak bermain. Pada usia dini (0-8 tahun) juga sering disebut sebagai usia emas (golden age), karena pertumbuhan dan perkembangan otak mengalami lompatan dan berjalan sangat pesat. Metode realitas yang dirancang menjadi metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang diterapkan pada SD kelas awal diharapkan anak didik akan lebih suka dengan mata pelajaran matematika. Hingga pada akhirnya menjadi mata pelajaran yang diidolakan dan tidak lagi menjadi momok bagi anak didik.